KODEMIMPI - China menjadi pemimpin dunia dalam teknologi penting, mengalahkan negara-negara Barat dalam perlombaan terobosan ilmiah dan penelitian.
Ada 37 dari 44 teknologi penting yang sudah dikuasai China. Hal tersebut dilaporkan oleh lembaga think tank dari Australia, Australian Strategic Policy Institute (ASPI), melalui Critical Technology Tracker.
ASPI melaporkan, China mendominasi di berbagai teknologi penting seperti pertahanan, ruang angkasa, robotika, energi, lingkungan, bioteknologi, kecerdasan buatan (AI), material canggih, dan teknologi kuantum.
Dilansir dari Al Jazeera, Kamis (2/3/2023), beberapa bidang lain yang dikuasai China seperti drone, machine learning, baterai listrik, energi nuklir, fotovoltaik, sensor kuantum, dan ekstraksi mineral kritis.
Menurut ASPI, dominasi China di beberapa bidang tersebut begitu mengakar sehingga 10 lembaga penelitian terkemuka dunia untuk teknologi tertentu berlokasi di negara tersebut.
Sebagai perbandingan, AS hanya menguasai tujuh dari 44 teknologi penting, contohnya sistem peluncuran luar angkasa dan komputasi kuantum, menurut ASPI.
Inggris dan India termasuk di antara lima negara teratas yang berupaya menguasai 29 dari 44 teknologi penting.
Sementara itu, Korea Selatan dan Jerman masing-masing juga berupaya menguasai masing-masing 20 dan 17 dari 44 teknologi penting, kata laporan itu.
ASPI memuji kehebatan China yang terus menerus mempelajari teknologi penting. Di sisi lain, kehebatan China tersebut mestinya menjadi alarm bagi negara-negara lain.
“Dalam jangka panjang, posisi penelitian terdepan China berarti bahwa China telah mempersiapkan diri untuk unggul tidak hanya dalam pengembangan teknologi saat ini di hampir semua sektor, tetapi juga dalam teknologi masa depan yang belum ada,” kata ASPI dalam komentar yang menyertai laporan tersebut.
“Jika tidak terkendali, hal ini tidak hanya dapat menggeser pengembangan dan kontrol teknologi, tetapi juga kekuatan dan pengaruh global ke negara otoriter. Di mana pengembangan, pengujian, dan penerapan teknologi baru, kritis, dan militer tidak terbuka dan transparan, serta tidak dapat dicermati oleh masyarakat sipil dan media yang independen,” sambungnya.
ASPI, lembaga think tank yang dibiayai oleh Pemerintah Australia, Inggris, dan AS, turut menyusun 23 rekomendasi untuk negara-negara Barat beserta mitra dan sekutunya.
Rekomendasi itu termasuk membangun dana kekayaan negara untuk mendanai penelitian dan pengembangan, memfasilitasi visa teknologi, saling membantu, hibah penelitian dan pengembangan antarnegara, serta mengejar kemitraan publik-swasta yang baru.
Sejauh ini, AS dan China terlibat dalam persaingan sengit untuk memperebutkan pengaruh global.